Potret Kehidupan SUKU BAJO
Suku Bajo atau lebih dikenal dengan “Orang Laut” tentunya tidak asing bagi kita. Suku yang menjadikan laut sebagai sahabat dan sumber kehidupan mereka ini, lebih memilih tinggal disepanjang pesisir pantai, bahkan membangun pemukiman di atas laut. Keberadaan masyarakat Bajo telah memberi warna baru dalam keberagaman suku dan budaya di Indonesia. Masyarakat Suku Bajo punya bahasa daerah dan kebudayaan sendiri. Lalu mengapa suku Bajo lebih memilih kawasan pesisir pantai atau laut menjadi tempat tinggal mereka.
Dari cerita yang ada dikalangan masyarakat suku Bajo bahwa, keberadaan mereka yang tinggal menetap didaerah pesisir tidak lain bahwa, suku ini terpencar diberbagai pelosok negeri karena menjalankan titah sang raja, yakni mencari dan menemukan Putri Raja yang hilang. Dalam titah sang Raja bahwa jika sang Putri tidak ditemukan, maka tidak diperkenankan bagi masyarakat Bajo untuk kembali ke kampong halamanya yang konon berasal dari Johor Malaysia. Masyarakat Bajo yang terkenal tangguh dalam mengarungi lautan, akhirnya berpencar hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Namun upaya mereka dalam menemukan sang Putri Raja sia-sia. Sehingganya masyarakat Bajo lebih banyak ditemukan dibeberapa wilayah di Indonesia dan tidak kembali lagi ke daerah leluhur mereka. Diwilayah Teluk Tomini Sulawesi, keberadaan Suku Bajo bisa dilihat dan ditemukan di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Perkampungan suku Bajo di Tilamuta berada dibagian selatan ibukota Kabupaten Boalemo, atau kurang lebih 5 kilometer dari pusat kota Tilamuta.
Sebagai nelayan tangguh maka kehidupan mereka lebih banyak berada di lautan. Masyarakat Bajo tidak mengenal kegiatan bercocok tanam. Kehidupan mereka jauh lebih besar berada dilaut dengan mengharapkan luasnya laut sebagai ladang bagi mata pencaharian mereka. Masyarakat Bajo tidak akan pernah tinggal didaratan, meskipun pemerintah siapkan lahan dan bangunan untuk ditempati. Laut bagi mereka sudah menjadi sahabat sekaligus menjadi tumpuan bagi ekonomi masyarakat Bajo.
Tradisi Perkawinan Suku Bajo
Ada yang menarik dilakukan oleh masyarakat Suku Bajo pada saat melangsungkan perkawinan. Dalam tradisi yang sudah turun temurun dikalangan masyarakat Suku Bajo bahwa pada malam pertama, kedua pengantin atau mempelai akan dilepas ke tengah laut oleh tetua adat setempat dalam sebuah perahu. Ini sebuah tradisi dan terus dilestarikan dimana setiap mempelai diharuskan menjalankan malam pertama diatas perahu, sambil mengarungi lautan. Salah satu tanda yang akan disampaikan pengantin kepada tetua adat yang berada didaratan adalah, kedua pengantin akan mengepulkan asap diatas perahu. Ini pertanda bahwa pernikahan bagi kedua pasangan tersebut sah. Dengan tanda kepulan asap ini, maka para tetua adat akan menjemput pengantin yang tengah berada dalam perahu ditengah laut. Tradisi seperti ini tetap terpilihara, meskipun arus modernisasi tengah melanda seluruh aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat Bajo terkenal dengan cara-cara tradisional dalam menangkap ikan. Rata-rata dari mereka bisa menyelam 20 sampai dengan 30 menit didalam air tanpa alat bantu yang memadai. Salah satu alat selam yang digunakan sampai saat ini, adalah konfresor angin. Secara logis, udara yang dihasilkan oleh konfresor angin tentunya tidak sehat namun ini tetap menjadi pilihan masyarakat Bajo dalam melakukan penyelaman.
Di Kabupaten Boalemo, Gorontalo masyarakat Bajo telah diberi peran yang lebih besar dalam pengembangan dan pelestarian budaya. Desa Bajo Tilamuta kini telah ditetapkan sebagai desa wisata dan destinasi unggulan wisata. Pemerintah setempat tengah mengembangkan desa Bajo sebagai kawasan ekonomi pesisir yang maju dan berkembang yang ditunjang dengan obyek pariwisatanya yang maju. Selain keunikan dan keragaman budaya yang masih terpelihara, dikawasan pemukiman masyarakat Bajo terdapat obyek wisata yang sangat menarik, antara lain Pulau Idaman dengan pasir putih dan biota laut yang masih terjaga. Kemudian Pulau Asiangi, dan tidak kalah menarik lagi, hadirnya destinasi wisata dunia yang ada di Boalemo yakni “The Little Maldives” Pulo Cinta. Gorontalo maupun Kabupaten Boalemo kini sudah menjadi tujuan bagi wisatawan asing maupun wisatawan local. Hal ini tidak lepas dari perhatian pemerintah yang terus mengoptimalkan seluruh potensi pengembangan kepariwisataan di Bumi Hulandhalo. (Nugie)
0 komentar:
Post a Comment