Perkembangan
Gorontalo
yang begitu pesat tentunya tidak lepas dari masyarakatnya yang bersikap terbuka
dengan berbagai budaya dan etnis yang telah membaur dengan kehidupan masyarakat
Gorontalo yang terkenal dengan masyarakat yang religious. Gorontalo sendiri
merupakan salah satu pusat penyebaran agama islam di wilayah timur Indonesia.
Sebelum masa penjajahan, Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur
menurut hokum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan di Gorontalo tergabung
dalam ikatan kekeluargaan yang disebut Pohala’a.
Ada lima Pohala’a yang ada di Gorontalo masing-masing Pohala’a Gorontalo,
Pohala’a Limboto, Pohala’a Suwawa, Pohala’a Boalemo dan Pohala’a Atinggola. Di
tahun 1911, daerah Limo Lo Pohala’a dirubah dalam struktur pemerintahan
masing-masing menjadi Under Afdeling Gorontalo, Under Afdeling Boalemo dan
Under Afdeling Kwandang.
Gorontalo
Berdiri Secara Otonom
Provinsi Gorontalo terbentuk pada
tanggal 5 Desember tahun 2000. Hal ini ditandai dengan disahkannya UU nomor 38
tahun 2000 yang ditandatangani oleh Presiden Abdulrrahman Wahid pada tanggal 22
Desember 2000. Namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 16 Februari 2001
sebagai Provinsi ke 32. Lalu mengapa Gorontalo pada umumnya bisa dikatakan
sebagai daerah yang berminiatur Bhineka Tunggal Ika. Dengar penjelasannya Gan…,
Penduduk Gorontalo termasuk dalam ras melayu. Wilayah Gorontalo yang kaya akan
hasil alamnya menjadi magnet bagi masyarakat luar. Imigran dari Ternate,
Tidore, Bugis dan Makassar telah bercampur baur dengan penduduk asli Gorontalo.
Bahkan dengan program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah secara nasional
maka ini lebih menambah khasanah perpaduan budaya antara masyarakat Gorontalo
maupun masyarakat dari luar Gorontalo.
Gorontalo saat ini sudah menjadi
miniature Indonesia. Dimana suku Gorontalo, Suku Jawa, Bali, Lombok, Madura,
Arab, China, Minahasa, Sanger, Bugis, Makassar, Bajo maupun suku batak sudah
menjadi bagian dari masyarakat Gorontalo. Hebatnya lagi, meski berbeda-beda
dalam hal penerapan budaya maupun tradisi, tetapi tidak mengganggu apa yang
sudah menjadi tatanan adat bagi masing-masing suku yang ada di Gorontalo.
Kebersamaan, ukhuwah dan saling menghormati, gotong royong sudah menjadi bagian
dalam kehidupan masyarakat Gorontalo. Gorontalo terbagi dalam 5 Kabupaten dan 1
Kota. Topografi keenam wilayah tersebut tentunya sangat berbeda-beda.
Masing-masing Kabupaten/Kota punya cara tersendiri dalam mengelola potensi dan
keanekaragaman suku maupun budaya yang ada.
Gorontalo
Kini Jadi Primadona
Sejak terbentuk menjadi sebuah Provinsi
baru ditahun 2000 maka Gorontalo saat ini sudah menjadi salah satu daerah yang
perkembangannya sangat pesat. Infrastruktur ditingkatkan, pendidikan dan
kesehatan digratiskan, program untuk kepentingan masyarakat sudah menjadi
program wajib dituntaskan tidak hanya oleh Pemprov tetapi oleh seluruh
Kabupaten/Kota. Hal ini menjadikan Gorontalo menjadi pusat perhatian secara
nasional. Berbagai penghargaan diberikan pemerintah pusat sebagai wujud
apresiasi terhadap komitmen para pemimpin di Gorontalo. Dan yang paling terkini
adalah, Gorontalo menjadi salah satu destinasi wisata di pulau Sulawesi. Dengan
mengenjot program kepariwisataan, maka berbagai daerah seakan bersaing dalam
mempromosikan potensi wisata yang ada. Kota Gorontalo dengan brandingnya
Karawo, Bone Bolango dengan obyek wisata Botutonuo dan Olele, Kabupaten
Gorontalo dengan Festival Danau Limboto, Gorontalo Utara dengan Pulau Saronde, Boalemo
dengan Pulo Cintanya serta Kabupaten Pohuwato dengan Pohon Cinta. Semua ini
tentunya patut diberi apresiasi bahwa Gorontalo saat ini tidak dipandang
sebelah mata bahkan telah mampu disejajarkan dengan daerah yang telah
berkembang. Sebagai masyarakat Gorontalo tentunya ini harus kita jaga, kita
dukung bersama-sama dan bertanggung jawab atas pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah. Sebagai masyarakat kita harus mampu mengawasi dan menjadi bagian
yang terpenting dalam program pembangunan yang dilaksanakan. (Nugie)